Geliat Daihatsu dalam Industri Otomotif

Geliat Daihatsu dalam Industri Otomotif

Daihatsu bukanlah pemain baru di dunia otomotif Indonesia. Beragam produk mobil komersial dan penumpang telah diproduksi oleh perusahaan asal Jepang ini. 

Walaupun bila diadakan sebuah survei dengan pertanyaan "Manakah yang lebih populer, Toyota atau Daihatsu?", bisa dipastikan bahwa Toyota akan mendapatkan predikat lebih terkenal dibandingkan dengan Daihatsu. 

Apalagi model mobil paling laris pada 2011 tetap dipegang oleh Avanza, yang merupakan produk Toyota. 

Daihatsu Versus Toyota

Dari 20 jenis mobil paling laris di Indonesia, Daihatsu menempatkan 3 produknya. Ketiga produk tersebut menempati posisi kedua (Xenia), posisi kesebelas (Terios), dan posisi ketiga belas (Grand Max PU). 

Daihatsu memang harus sedikit bangga dengan posisi kedua yang dipegang oleh Xenia. Namun, Xenia kalah cukup jauh dari Toyota Avanza. 

Posisi kesebelas untuk jenis mobil penumpang diwakili oleh Terios dengan angka penjualan mencapai 22.214 unit bukanlah saingan Avanza. Lihatlah angka penjualan Avanza yang mencapai 162.367 unit pada tahun 2011. 

Apalagi untuk posisi ke-13 yang diwakili oleh Daihatsu Grand Max PU. Tentunya tidak bisa berbuat apa-apa dibandingkan dengan angka yang dipegang oleh Toyota Avanza. 

Jangankan dibandingkan dengan Avanza, untuk jenis mobil komersial ini, Grand Max PU masih kalah dengan Colt Diesel.

Colt Diesel menempati posisi teratas untuk jenis mobil komersial. Colt Diesel (Canter) yang dikeluarkan oleh Mitsubishi berhasil mencetak angka penjualan mencapai 54.066 unit. 

Bandingkan dengan Daihatsu Grand Max PU yang baru mampu terjual sebanyak 18.911 unit. 

Penjualan Mitsubishi mencapai 2,86 kali lipat dibandingkan penjualan Daihatsu di lahan mobil komersial ini.

Jaringan bengkel dan penjualan suku cadang Toyota yang lebih luas dibandingkan dengan Daihatsu, mau tidak mau membuat Toyota lebih disukai oleh para pengguna mobil di Indonesia. 

Kenyamanan yang diberikan oleh Toyota juga dinilai lebih bagus dibandingkan dengan produk Daihatsu. 

Tapi bukan berarti Daihatsu tidak berbuat apa-apa untuk mengambil bagian "kue" bisnis yang lebih besar dari apa yang telah diambil oleh Toyota.

Kerja sama dengan pesaingnya itu pun dilakukan. Lihatnya Xenia dan Avanza. Sekilas kedua produk tersebut tidak ada bedanya karena mereka terlahir dari keharmonisan yang terjalin antara Daihatsu dan Toyota. 

Walaupun pada akhirnya, masyarakat lebih memilih Avanza dengan berbagai alasan, Daihatsu tidak tinggal diam.

Hingga kini agak sulit bagi Daihatsu mengalahkan Avanza dengan angka penjualan mencapai 162.367 unit, sedangkan Xenia yang mengikuti Avanza di urutan kedua hanya mencapai angka 66.835. Itu artinya angka penjualan Avanza 2,43 lebih banyak dibandingkan dengan Xenia.

Inovasi terus ada di dada para punggawa Daihatsu. Buktinya Daihatsu sangat berminat mengikuti program Low Cost and Green Car (LCGC). 

Program yang bertujuan membuat mobil hemat bahan bakar dengan harga yang murah atau di bawah Rp 100 juta. Bahkan Daihatsu sudah memamerkan mobil LCGC-nya.

Pada bulan Juli 2011, sebuah mobil yang dirancang oleh putra Indonesia bernama, Mark Widjaja, berhasil dibuat. 

Mobil dengan konsep A1 yang ditampilkan dalam Indonesia International Motor Show tersebut merupakan jenis city car dengan bodi imut.

Mobil LCGC produksi Daihatsu yang direncanakan akan dijual seharga hanya 80 jutaan ini terlihat cukup menjanjikan. 

Memang tipe city car dengan body kecil ini tampaknya akan sulit dijual di beberapa tempat, seperti Palembang, yang mana masyarakatnya lebih menyukai mobil berbodi besar (Pajero Sport dan Fortuner mengingat tantangan medan yang lebih berat), tetap saja mobil ini menjanjikan untuk kota-kota dengan jalan yang bagus, seperti di Jakarta dan Yogyakarta.

Dengan harga Rp 80 jutaan itu, mobil Daihatsu ini akan menjadi saingan mobil Kiat Esemka yang digadang-gadang akan menjadi mobil nasional dengan harga Rp 95 jutaan. 

Melihat bodi mobil Esemka yang cukup bagus, bisa jadi Daihatsu harus berhati-hati kalau tidak ingin lahan bisnisnya tergerus oleh produk lokal. 

Bagi masyarakat Indonesia, penampilan masih menjadi bahan pertimbangan tersendiri dalam menantikan produk mobil yang ingin dibelinya.

Perjalanan Daihatsu di Indonesia

Geliat Daihatsu dalam Industri Otomotif
credit:instagram@hamriphoto

Pada tahun 70-an, Daihatsu sepertinya cukup dikenal terutama di kalangan para pemilik perkebunan di Palembang. 

Jenis Taft dengan segala kelebihannya dipakai untuk masuk kebun dan juga menjadi mobil niaga yang mengangkut barang-barang.

Kualitas bodi yang terbuat dari plat besi membuat mobil Daihatsu jenis Taft memang dipandang sangat tangguh. 

Bahkan sebelum double cabin diproduksi, ada mobil Taft jenis Rocky seharga hingga 300 jutaan yang menjadi raja di daerah dengan kondisi jalan tidak mulus atau wilayah perkebunan. 

Orang yang pakai Daihatsu Taft dipandang gagah karena penampilan Taft yang jantan. 

Tapi ketika double cabin memasuki Indonesia, para pemilik perkebunan lebih memilih double cabin. Pertama, double cabin bisa membawa barang dan penumpang. 

Penampilannya juga lebih gagah dan mewah dibandingkan dengan Taft. Kedua, body Taft memang terlihat lebih imut dibandingkan double cabin. Ketiga, tentu saja double cabin lebih nyaman dibandingkan dengan Taft.

Sekarang Daihatsu Taft tidak diproduksi lagi. Tapi kalau masih berminat dengan mobil jenis ini, di beberapa tempat masih bisa dicari Taft bekas. 

Harganya pun cukup bervariasi. Misalnya, Taft GT bekas dan Taft Hiline dengan kondisi bagus, 4 Wheel Drive (double gardan) keluaran tahun 70-an hanya Rp 30-35 juta.

Kedua jenis mobil yang diproduksi oleh karoseri yang berbeda ini masih sering juga terlihat di jalanan Kota Palembang. Bisnis yang semakin menggeliat di kota pempek ini membutuhkan mobil komersial yang cukup banyak.

Untuk mobil Taft keluaran tahun 90-an, harganya masih cukup tinggi walau di bawah Rp 100 juta. Daihatsu pernah mengeluarkan jenis minibus Hijet 1.000, Daihatsu Zebra, dan Espass. 

Tapi ternyata produksi Toyota masih saja mengalahkan mobil-mobil produksi Daihatsu.

Mengapa Toyota bisa lebih terkenal dari Daihatsu karena kenyamanan produk Toyota dinilai lebih bagus. 

Spare part Availability atau ketersediaan suku cadang lebih banyak karena populasi dan penyebaran tempat jual lebih banyak. 

Daihatsu harus banyak belajar dari Toyota kalau masih ingin merebut kue bisnis yang sudah dikuasai oleh Toyota.

Daihatsu Versus Suzuki

Bagaimana dengan Suzuki, apakah Daihatsu bisa bersaing dengan perusahaan mobil yang mengeluarkan mobil APV ini? Ternyata kepopuleran Daihatsu masih kalah dari Suzuki terutama jenis minibusnya.

Suzuki Carry lebih terkenal dari Daihatsu Zebra. Hal ini karena Suzuki Carry lebih dulu keluar. 

Kenyamanannya sebenarnya hampir sama. Tapi suku cadang Daihatsu Zebra lebih susah dan harganya lebih mahal. Itu untuk kisah beberapa tahun yang lalu.

Untuk 2011, posisi Daihatsu di atas Suzuki. Bila Xenia terjual sebanyak 66.835 unit, Suzuki APV terjual 30.089. Itu artinya Daihatsu Xenia menang 2,22 kali lebih banyak dibandingkan dengan Suzuki APV. 

Melihat hasil ini, Daihatsu masih mempunyai peluang menjadi raja mobil di Indonesia walaupun jalan ke arah sana cukup berliku.

Saran untuk Daihatsu

Saran untuk Daihatsu adalah tetap dicintai oleh masyarakat Indonesia. 

Pertama, keluarkan tipe double cabin. Dengan sejarah Taft yang bisa diandalkan, Daihatsu bisa dipercaya bisa membuat mobil jenis double cabin yang bagus. 

Kedua, tingkatkan ketersediaan suku cadang dan tingkatkan inovasi dengan mengeluarkan varian baru.

Topik Terkait

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama